Ternate – Minggu 25 Agustus 2024 tepat pukul 04.00 WIT, Bencana banjir bandang menerjang kawasan permukiman warga di Kelurahan Rua, Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Maluku Utara. Banjir tersebut tidak hanya membawa genangan air yang deras namun juga membawa lumpur dan bebatuan besar hingga mengantam rumah warga.
Kejadian naahas itu berlangsung hanya satu jam, membuat 25 unit rumah serta 19 orang tertimbun lumpur sedalam 4 hingga 6 meter, dan ratusan orang diungsikan di sebuah Gedung Sekolah di Kelurahan Kastela, sebuah Keluarahan yang jaraknya 2 km dari lokasi bencana banjir.
“Total 19 orang yang telah kami temukan dalam kondisi meninggal dunia, korban terkahir 1 orang, kami temukan di hari ke 8, dimana kami sempat perpanjang masa pencarian korban, namun pada hari ke 8 tim sar gabungan berhasil menemukan korban meskipun terkendala medan yang sulit”ujar Kepala Basarnas Ternate, Fathur Rahman.
Banjir bandang yang terjadi pada Minggu subuh itu, diakibatkan oleh belokan sungai mati tepat berada dibelakang permukiman warga jebol karena terjadi intensitas curah hujan yang sangat tinggi, sehingga membuat lumpur dan bebatuan dari lereng Gunung Gamalama menghantam rumah warga.
Salah satu korban selamat yang menyaksikan kejadian itu mengaku trauma, Ia menceritakan 20 detik sebelum lumpur dan bebatuan besar menerjang rumahnya, Ia sempat mendengar suara gemuruh hingga Ia terbangun dari lelap tidurnya.
“Saya tiba-tiba kaget lalu terbangun dari tidur saya saat mendengar suara gemuruh 20 detik sebelum rumah saya diterjang banjir dan lumpur serta bebatuan, saya kemudian bergegas membangunkan anak istrinya lalu berlarian keluar sambil menggendong anak saya, beruntung ada warga yang langsung mengevakuasi saya dan keluarga saat itu sudah banyak lumpur di dalam rumah”ujar Riswan Naser menceritakan kejadian banjir bandang Ternate.
Pria berusia 42 tahun itu, berhasil menyelamatkan istri dan 4 orang anaknya dari terjangan lumpur dan bebatuan besar. saat itu Riswan melihat sekeliling rumahnya dan komplek-nya sudah tertimbun lumpur, bahkan ada sejumlah rumah yang roboh akibat dihantam bebatuan besar.
Saat ini, Riswan bersama istri dan 4 orang anaknya kemudian ditempatkan di pos pengungsian yang dipusatkan di SMK Pelayaran Kota Ternate, bersama 253 orang yang menjadi korban bencana banjir bandang tersebut. mereka menunggu realiasasi bantuan Pemerintah untuk memindahkan permukiman mereka ke tempat yang baru.
“Ada total 49 rumah yang harus kami relokasi, 25 unit memang tertimbun lumpur sedangkan sisanya itu masuk dalam kawasan rawan bencana sehingga kami memutuskan untuk memindahkan mereka semua ada 49 rumah, soal permukiman baru kami rencana membuat perumahan di Kelurahan Jambula, Ternate Selatan”ujar Sekertaris Kota Ternate, Rizal Marsaoly.